Thursday, September 03, 2009

Depresi berat

tulisan ini langsung aku ambil dari jurnal harianku (ato kata orang diary lah) jadi isinya adalah hal2 terdalam yang paling jujur yang selalu aku tulis setiap harinya. aku cuma ingin berbagi. daripada disimpan sendiri. tapi maaf, aku tetap tidak bisa memberi identitas apapun pada bagian terpentingnya (tapi aku rasa beberapa dari kalian taulah masalahnya). gak ada yang diedit. semuanya sama persis. tapi karena memang berencana pingin juga ditaruh di blog, maka bahasa tulisnya dibuat sedemikian rupa. abstrak. seperti biasa.



Tertekan? Ingat Elia!

Ayat bacaan: 1 Raja-Raja 19:4
=========================
"Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku."

tertekan, depresi, eliaSeorang teman baru saja bercerita tentang sebuah kejadian tragis di dekat rumahnya. Seorang tukang bakso yang masih sangat muda mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri akibat diputuskan pacarnya. Malam sebelum si pemuda menggantung diri, ia terlihat tertekan. Duduk berdiam diri dan tidak mau berkumpul seperti biasa bersama teman-temannya seusai berjualan. Keesokan harinya, sekitar jam 11 siang, warga pun gempar karena sekelompok anak-anak yang sedang bermain menyaksikan dirinya tewas tergantung di atas pohon. Depresi atau tekanan yang dialami jiwa kerap membuat manusia tak berdaya. Bentuk-bentuk depresi pun timbul sebagai akibatnya. Trauma, kehilangan motivasi, putus asa, kehilangan harapan dan dalam bentuk paling ekstrim, bunuh diri bisa menjadi akibat yang timbul akibat tekanan bertubi-tubi yang menyerang jiwa. Problema hidup yang majemuk tidak hanya menyerang masyarakat kelas bawah, tapi bisa menyerang siapa saja, termasuk seorang nabi besar bernama Elia.

Elia adalah seorang nabi yang luar biasa. Dalam Perjanjian Lama Elia dikenal sebagai "nabi api", nabi yang bisa menurunkan api dari Surga. Di sisi lain ketika hujan tidak kunjung turun selama tiga tahun enam bulan seperti yang tertulis dalam Yakobus 5:17, Elia mampu menurunkan hujan lewat doanya, dan hal itu membuatnya mendapat julukan lain yaitu "nabi hujan". Dalam 1 Raja-Raja 18:20-40 kita menyaksikan bahwa Elia pernah dengan gagah berani berhadapan dengan 450 nabi Baal. Dia berhasil membuktikan bahwa Allah Abraham, Ishak dan Israel adalah Allah yang sesungguhnya. Allah menurunkan api dari langit sesuai doa Elia, membakar habis korban bakaran bahkan air di sekeliling mesbah persembahan. (ay 36-38). 450 nabi Baal ditaklukkan oleh satu-satunya nabi Tuhan pada saat itu. Begitu istimewanya Elia, ia pun menjadi salah satu dari dua orang selain Henokh yang tidak mengalami kematian jasmani akibat langsung diangkat ke Surga. (2 Raja-Raja 2:11). Tapi disamping itu semua, Elia tetaplah seorang manusia biasa yang punya kelemahan dan keterbatasan seperti diri kita juga. Di luar semua kisah luar biasa yang dialami Elia, pada suatu saat Elia pun pernah merasakan tekanan berat dalam jiwanya. Ia pernah dilanda ketakutan ketika mendapat ancaman dari Isebel. Pada saat itu tampaknya Elia mengalami kelelahan baik jasmani maupun rohani, putus asa, sehingga ia mencapai puncak depresinya dengan berdoa, bukan untuk meminta dikuatkan, tapi malah untuk diambil saja nyawanya. "Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku." (1 Raja-Raja 19:4). Perhatikan bagaimana nabi yang baru saja dengan hebat membuktikan kuasa Allah dalam menghadapi 450 nabi Baal mencapai anti klimaks dalam menghadapi ancaman seorang Isebel. Tapi Tuhan adalah Allah yang peduli. Allah tidak membiarkan anak-anaknya mengalami kehancuran. Yang terjadi adalah demikian. "Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: "Bangunlah, makanlah!" (ay 5). Elia kemudian makan dan beristirahat. Setelah beristirahat, untuk kali kedua malaikat datang dan kembali memberinya makan. "Tetapi malaikat TUHAN datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta berkata: "Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu." (ay 7). Perhatikan betapa baiknya Tuhan yang tidak membiarkan Elia terpuruk. Dia memberikan makanan dua kali, bahkan memberikan kesempatan bagi Elia untuk beristirahat memulihkan kondisinya. Tuhan kembali menguatkan Elia agar mampu meneruskan tugasnya. Kita tahu kemudian, apa yang diberikan Tuhan itu sanggup memulihkan Elia untuk berjalan empat puluh hari empat puluh malam menuju gunung Horeb dimana Allah kemudian menyatakan diriNya. Elia pun "kembali ke jalannya". (ay 15).

Tuhan adalah Allah yang sangat peduli pada kehidupan anda dan saya. Jika pada Elia Tuhan mau mengulurkan tanganNya, maka kepada anda dan saya pun sama. Elia memang nabi besar, namun ia juga seorang manusia biasa yang punya keterbatasan seperti halnya anda dan saya. Yakobus menyatakan hal tersebut. "Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya." (Yakobus 5:17-18). Dalam ayat Yakobus ini kita bisa melihat kuncinya, apa yang membuat Elia sanggup menjalani itu semua hingga akhir adalah sikapnya yang selalu bersungguh-sungguh berdoa. That's the power or praying! Tidak hanya Elia, namun Daud pun pernah tertekan jiwanya. Berkali-kali pula Daud mengingatkan jiwanya agar selalu mengingat Tuhan. Berharap pada Allah. "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" (Mazmur 42:6, 42:12, 43:5). Mungkin saat ini ada di antara teman-teman yang sedang mengalami tekanan berat dalam jiwa anda akibat pergumulan dan masalah yang bertubi-tubi. Seperti Elia dan Daud, janganlah putus asa, apalagi sampai berpikir untuk mengakhiri hidup, tapi teruslah bersyukur, sebab Allah sanggup memulihkan keadaan kita sebagaimana Dia memulihkan Elia!

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28)





tika sedang tertekan. Rasanya gak enak banget. Rasanya seperti berada di titik terendah tika pernah jatuh. Rasanya seperti gak punya harapan lagi. Dan semua yang tika lakukan beberapa hari belakangan selalu aja salah. Daddykun bahkan langsung negur tika, ngingetin kalau tika salah. Dan itu bikin tika makin sedih rasanya. Mungkin yang tika rasain saat ini hampir sama seperti kisah elia. Tika bahkan gak lebih baik dari yang lain. Tapi tenang, tika bahkan gak berpikiran untuk mengakhiri hidup kok. Tika cuma sedang berjuang dengan diri tika sendiri. Mencoba untuk bangkit lagi. Mencoba untuk bener2 bisa ketawa lepas tanpa ada lagi beban. Mencoba gak pake topeng lagi. Saat ini mungkin aku masih bisa ketawa2 ama yang lain kaya kemarin waktu di dufan. Tapi mereka gak tau kalau bahkan ketika bersama2 dengan mereka, ada saat2 tertentu tika rasanya ingin menangis.
Semalam tika curhat ama anes. Denger suaranya aja tika udah nangis. Agak susah cerita juga sebenernya karena tika berusaha suara tika terdengar baik2 aja. Tapi akhirnya juga cuma 10% yang bisa keluar. Bukan karena tika gak percaya ama dia untuk cerita banyak, cuma tika bener2 gak bisa menemukan kata2 yang tepat untuk menceritakan isi hati tika sebenernya. Bahkan tika gak tau sebenernya hati tika kenapa. Ada yang salah sejak awal. Rasanya seperti itu.
Dan baru kali ini tika merasakan sesuatu yang sebegitunya kaya sekarang. Sesuatu yang bisa merubah banyak hal dari diriku sendiri. “seperti bukan tika yang aku kenal”. Beberapa orang terdekatku bilang seperti itu. Bahkan diriku sendiripun demikian. Ini seperti bukan aku yang biasanya. Atau aku yang sebenarnya seperti ini? Hahaha..kedengerannya kaya seorang remaja yang sedang berjuang untuk menemukan jati dirinya. Tapi tika memang masih 20 tahun. Masih remaja. Sepertinya ada sesuatu di tika yang mulai berubah. Dulu ketika aku ada masalah, aku bisa dengan mudah mengabaikan masalah itu sejenak dan tetap fokus pada hal2 yang memang harus dikerjakan. Tapi saat ini, ketika badai ini datang, aku bahkan gak bisa fokus untuk hal2 genting yang harus dilakukan. Kosong. Merasa sepertinya aku tidak sedang berada di situ. Kaya waktu kader kemarin. Rasanya kaya mimpi. Hebat ya. Hanya gara2 hal ini, tika jadi sebegitunya. Aku tidak sedang membanggakan diri sendiri yang menjadi seperti ini. Gak ada yang bisa dibanggakan dengan keadaan seperti ini. Mungkin yang bisa tika banggakan adalah ketika tika masih bisa mengucapsyukur untuk hari2 yang berat ini. Berusaha semakin bergantung sama Daddy. Semakin berusaha untuk mengerti apa maksud Daddy mengijinkan hal ini boleh terjadi. Sama seperti yang dilakukan Daud. Mengingatkan diri sendiri bahwa aku gak pernah sendirian. Seperti sebuah lagu “…You’ll never let me go through it all”.
Mungkin anes bener kali ya, aku berharap banget ama ini semua. Sepertinya memang harus mencari satu kepingan puzzle lagi yang masih belom ditemukan. Satu kepingan puzzle yang menjadi jawaban dari semua pertanyaan kenapa yang gak terjawab selama ini. Dan pertanyaan kenapa yang terbesar adalah “kenapa gue harus bertemu dia?”

posted by Daniella Prima Mustika @ 09:10  

1 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home